Alamat: Jl. Ir. Soekarno No.152, Bendogerit, Kec. Sananwetan, Kota Blitar, Jawa Timur 66133
Maps: Klikdisini
Kontak: (0342)801145
HTM: Rp3000
Jam Buka & Tutup: 07.00 – 17.00
Seperti yang telah diketahui bahwa di Indonesia banyak sekali pahlawan yang dimakamkan pada kuburan khusus yang memang dibuat untuk bisa menampung banyak orang. Sehingga nanti masyarakat, keluarga dan kerabat bisa mengunjungi makam tersebut dengan leluasa. Salah satu makam yang sering dikunjungi masyarakat yakni Makan Bung Karno.
Pejabat Negara menyebutkan bahwa anda bukan orang Indonesia jika anda belum pernah untuk mengunjungi atau berziarah ke Makam Bung Karno atau sering di singkat dengan (MBK). Konon, awal mula Makam Bung Karno ini namanya “ Taman Bahagia”. Jadi ada sebuah buku khusus yang menulis mengenai Makam Bung Karno yang disimpan di perpustakaan BK.
Buku ini diterbitkan oleh Bendogerit, Sananwetan Kota Blitar. Buku ini diterbitkan pada masa awal Pemerintahan Kota Blitar yang masih membara dalam semangat perjuangan yang masih kuat. Semangat kuat ini yakni sebuah sapaan dan dorongan dari kunjungan pertama Bung Karno pada tahun 1950.
Awal Mula Makam Bung Karno
Pada kunjungan tersebut, Bung Karno yang pernah berpidato di Alun-alun Blitar mengumumkan bahwa harus ada pembangunan Taman Makam Pahlawan atau sering disebut dengan (TMP). Bung Karno menyebutkan bahwa harus ada makam khusus untuk pahlawan yang gugur dalam peperangan dan juga makamnya harus tersebar di berbagai wilayah.
Pada akhirnya setelah adanya musyawarah yang dilakukan antara Bupati Darmadi dan juga perangkat pemerintahan di Kabupaten Blitar serta jajarannya serta didampingi oleh Bapak dan Ibu Wardoyo (Kakak Bung Karno). Selain itu juga ada beberapa jajaran Tentara Militer serentak menyepakati dalam pembangunan TMP tersebut dengan membawa sebagian dari tanah yayasan di dalam perkumpulan kematian “Mardi Mulyo” yang berada di Karang Mulyo Bendogerit, Blitar. Setelah pembangunan TMP ini selesai dan resmi diberi nama dengan “Taman Bahagia”.
Kabar duka pada tahun 1958 menyelimuti keluarga besar Bung Karno. Kabar duka ini berasal dari Ibunda Bung Karno yakni Ny. Ida Ayu Nyoman Rai yang wafat pada tanggal 12 September 1958. Dari awal wafat sampai di bawa ke pemakanan, Bung Karno setia menemani jasad ibunda tercinta. Ibunda dari Bung Karno di makamkan di TMP yang sudah diberi nama dengan “Taman Bahagia”.
Simak tentang Pantai Gondo Mayit Blitar salah satu pantai pasir putih di Blitar yang indah untuk di kunjungi.
Bung Karno Wafat
Bung Karno wafat pada tanggal 21 Juli 1970. Atas sebuah keputusan yang dilontarkan oleh Presiden Soeharto. Bung Karno di makamkan di makam yang sama dengan ibunya yakni TMP “Taman Bahagia” yang disandingkan langsung bersebelahan dengan makam ibundanya.
Pada saat Bung Karno wafat, pasukan militer kewalahan untuk menjaga prosesi pemakaman karena hampir ribuan masyarakat yang berbondong-bondong melihat prosesi pemakaman Bung Karno karena masyarakat merasa kehilangan. Lalu, masyarakat terus menerobos ingin mendekat serta melihat bahkan tidak sedikit yang ingin menyentuh peti jenazah pada tanggal 22 Juli 1970.
Hal yang menjadi sebuah perdebatan kecil yakni ketika Bung Karno wafat, pemakamannya tidak disetujui oleh keluarga karena harus di makamkan di Blitar. Karena, keluarga ingin mewujudkan pesan terakhir Bung Karno. Ketika detik-detik sebelum Bung Karno wafat, beliau berpesan bahwa ketika wafat beliau menginginkan di makamkan di bawah pohon yang rindang dan juga diiringi oleh gemercik air yang mengalir di bawahnya.
Ternyata, maksud dari pesan tersebut yakni Bung Karno ingin di makamkan di daerah Priangan. Kemungkinan besar yang dimaksud Bung Karno yakni Istana barunya yang ada di kota Bogor.
Pada bulan Juni 1978 TMP “Taman Bahagia” ini dipersiapkan untuk nantinya diperbarui dengan memindahkan semua makam para pahlawan yang ada di TMP “Taman Bahagia” ini. Lokasi pembaruan pemakaman pahlawan ini sudah dilakukan pada bulan Februari pada tahun 1970 atau 4 bulan setelah wafatnya Bung Karno.
Di TMP “Taman Bahagia” hanya tersisa makam Bung Karno dan juga ibundanya serta disusul dengan pemindahan kerangka jenazah ayahanda dari Bung Karno yang kedua setelah adanya pemindahan pertamanya pada tahun 1975 dari awalnya di pemakaman Karet yang berada di Jakarta. Batu nisan yang awalnya dari pemakaman Karet di Jakarta kini masih tersimpan rapi di Istana Gebang.
Makam Bung Karno
Pada tahun 1978, ada beberapa perintah dari pemerintahan pusat agar membangun makam baru. Yang menjadi kepala proyek untuk pembangunan makam yang baru ini dipimpin oleh Siswono Yudho Husodo. Makam ini telah selesai dan langsung diresmikan pada tanggal 21 Juni 1979. Setelah peresmian itulah makam ini dinamai dengan Makam Bung Karno.
Pada zaman itu ketika masih menjadi “Astana Mulyo” ini ditutup dengan kaca setebal 10 cm. Masyarakat umum belum diperbolehkan untuk melihat secara langsung ke dalam untuk melihat batu nisan. Masyarakat dan peziarah lainnya hanya boleh menaburkan bunga di tempat yang telah disediakan. Area batu nisan baru dibuka hanya untuk pejabat, kerabat dan keluarga itupun diberikan penjagaan dari petugas Kodim 0808 Blitar.
Pantai lain yang bisa anda di kunjungi di Blitar adalah Pantai Peh Pulo.
Makam Dibuka untuk Umum
Ketika sudah memasuki tahun 2000 hingga saat ini, cungkup Makam Bung Karno sudah diperbolehkan dibuka untuk umum dengan tidak memakai lagi kaca penutup. Saat ini, Makam Bung Karno sudah menjadi aset pemerintah dan sekaligus dijadikan sebagai aset pariwisata sejarah unggulan di Kota Blitar. Saat ini, MBk telah menjadi daya tarik tersendiri untuk kalangan masyarakat lokal maupun internasional yang berbondong-bondong datang untuk berziarah.
Makam presiden Soekarno ini sekarang menjadi sebuah tempat ziarah politik. Khususnya dari politisi berbagai kalangan dan juga berbagai wilayah yang ingin mencalonkan diri pada pemilu mendatang. Dalam pemilihan Capres dan juga Cawapres pun mereka berbondong-bondong untuk datang ke Makam Soekarno dengan jumlah peziarah politik sebanyak 400-500 ribu per tahunnya.
Makam Soekarno juga dikunjungi oleh peziarah spiritual. Yang mana sebagian besar dari mereka merupakan agama Islam. Mereka datang beramai-ramai sebagai wujud penghormatan untuk presiden yang telah meninggalkan mereka semua. Ini juga berkaitan dengan tradisi mereka apalagi yang berada di pulau Jawa. Selain mengunjungi makam per walian seperti makam Wali Songo, telah dibuktikan bahwa banyak peziarah yang datang ke Makam Soekarno juga.
Survey membuktikan dari data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Blitar bahwa ada sekitar 1.500 pengunjung makam setiap harinya yang terus bertambah sepanjang tahun 2019. Ini juga merupakan sebuah penggerakan ekonomi setempat karena banyak di kunjungi wisatawan mancanegara. Pemerintah kota Blitar mengutus bahwa untuk masuk ke makam di tarif dengan harga Rp3000 saja untuk setiap pengunjung. Ini belum termasuk biaya kendaraan yang masuk baik umum maupun pribadi.
Terakhir yakni pada tahun 2004 silam, ada lagi bangunan tambahan yang baru yang menjadi satu kompleks dengan Makam Bung Karno yang disebut dengan perpustakaan dan museum Bung Karno. Pada saat ini, perancang atau arsiteknya dipegang langsung oleh Pribadi Widodo dan Baskoro Tedjoo dari Institut Teknologi Bandung.
Simak juga tentang Pantai Serang Blitar Akses Arah Menuju Wisata + Tiket Masuk 2024
Penutup
Demikian ulasan mengenai Makam Bung Karno. Selain berwisata anda juga dapat mempelajari sejarah yang mungkin anda belum tahu sebelumnya.
Leave a Reply
View Comments