
ilustrasi
Pernah melihat Instagram atau Blog dari Travel Blogger? Tak sedikit orang akan merasa bahwa pekerjaan sebagai Travel Blogger dan Selebgram bertema travel adalah pekerjaan paling menyenangkan di dunia. Travel Blogger bisa jalan- jalan kemana saja yang mereka mau, menyelam di birunya laut, menikmati turunnya salju. Bisa menikmati liburan hampir setiap hari, saat kita sedang sibuk dengan pekerjaan yang menumpuk.
Tapi semua yang mereka alami, tak semenyenangkan itu juga. Mereka, para Travel Blogger bahkan harus bekerja ekstra keras untuk mendapatkan uang untuk mewujudkan impiannya berkunjung ke suatu tempat.
Apa yang dilihat di Instagram atau travel blog tidak selalu manis, ada “kenyataan pahit” atau cerita perjuangan dibalik foto, video, dan cerita perjalanan traveling itu, beberapa harus rela kerja kotor untuk mendapatkan uang demi mengejar impian ke tempat wisata yang selama ini didambakan. Tapi semua itu sangat worth it dengan pengalaman liburan ke berbagai daerah.
Baca juga :

kenyataan “pahit” travel blogger via howfarfromhome
Seperti yang dialami dua orang travel blogger asal Johannesburg, Afrika Selatan. Chanel Cartell dan Stevo Dimberger, dua orang yang telah mempunyai pekerjaan yang mapan di bidang advertising akhirnya memutuskan untuk keluar dari pekerjaanya dan memulai profesi baru mereka sebagai travel blogger. Ternyata semua yang mereka alami tak semudah apa yang mereka bayangkan.
Mereka harus rela bekerja membersihkan toilet, mencuci piring atau gelas, menata barang- barang di toko, bahkan menjadi pekerja bangunan. Bukan bermaksud untuk merendahkan profesi atau pekerjaan-pekerjaan tersebut, tapi jika dibandingkan dengan betapa mudahnya hidup Chanel dan Stevo sebelum menjadi travel blogger tentu pekerjaan tersebut cukup sulit. Semuanya mereka kerjakan untuk setiap pengalaman baru yang akan mereka alami di tempat itu atau tujuan berikutnya. Mereka juga harus berhemat dengan setiap uang dan makanan yang didapatkan. Mereka tidak dapat memikirkan mana menu makanan sehat, berapa jam mereka harus tidur atau dimana mereka akan tidur. Tapi semua yang mereka lakukan tak sia- sia, karena mereka berkunjung ke berbagai tempat-tempat wisata eksotis yang bagaikan surga di dunia, yang belum tentu orang lain dapat menandatanginya. Mereka memilih untuk bertemu dengan banyak orang, berkelana ke seluruh pelosok negeri, dan menikmati semua perjalanan yang mereka alami.

walau “pahit”, hasilnya manis via howfarfromhome
Begitu juga yang dialami seorang travel blogger, Drew Goldberg. Ia telah melakukan perjalanan ke lebih dari 70 negara. Ia pernah mengalami keracunan makanan di India, merasa diintimidasi ketika tak mau menaiki taksi di Mesir, atau bersusah payah menggunakan bahasa tubuh ketika melakukan perjalanan ke Cina. Tapi semua itu tak membuatnya kapok untuk berkeliling dunia. Dia mencintai setiap menit dari perjalanannya, dan ketagihan pada sensasi bertemu dengan orang- orang baru, mencoba makanan yang berbeda dan belajar banyak budaya baru.
Baca kisah travel blogger Drew di artikel Traveler yang Telah Keliling 70 Negara Mengisahkan Pengalaman Buruknya
Berbagai macam kejadian dan usaha yang mereka alami ketika melakukan perjalanan sebenarnya adalah sumber ideal kebahagiaan masing- masing orang. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Thomas Gilovich, seorang Profesor Psikologi dari Cornell University, New York, Amerika Serikat. Dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa salah satu cara untuk mendapatkan kebahagiaan adalah dengan berbelanja atau dengan travelling. Tetapi ada yang membedakan dari dua kegiatan itu adalah kualitas kebahagiaannya. Kualitas kebahagiaan dari kepuasan berbelanja dari waktu ke waktu akan berkurang. Sedangkan kualitas kebahagian dari travelling, diyakini tidak akan memudar, karena kenangan dari pengalaman perjalanan akan terus dikenang, bahkan bisa diceritakan ke orang lain, dan membuat orang ingin merasakan pengalaman yang sama.

Drew Goldberg via dailymail
Kebahagiaan ketika membeli gadget baru, tas mewah atau mobil baru, pada saatnya setiap barang itun akan menjadi tua, menjadi biasa saja, malah menuntut kita untuk berusaha mengganti atau membeli yang baru lagi. Berbeda dengan traveling, semua kejadian yang dialami ketika melakukan perjalanan, mencoba makanan yang baru, bertemu dengan orang- orang baru, melakukan olahraga ekstrim, belajar budaya- budaya lain, bahkan kejadian yang tak menyenangkan, tak akan pernah dilupakan oleh para traveler. Mengingat kembali momen saat traveling akan memberikan kepuasan lagi meskipun telah lama berlalu.

ilustrasi
Semua orang punya pilihan, mau jadi pekerja kantoran atau travel blogger semua sah-sah saja, dan selalu ada hal baik dan buruk, ada kenyataan pahit dan tentu momen-momen menyenangkan dari setiap pilihan-pilihan yang kita ambil. Jika kamu mau menjadi travel blogger, travel writer, digital nomad traveler atau apapun istilah yang kamu suka, kamu bisa kok ! Chase your dream !
Mau Liburan Murah? Pastikan Hubungi Kami!
Tour Murah Panduan Wisata. Telp: +62.85.101.171.131. Pin BB: 5BF4C2B4